Ayat
ini berbicara tentang Etika Informasi (Tabayyun)
dan Manajemen Krisis. Allah menegur orang-orang yang
tergesa-gesa menyebarkan berita yang belum pasti (hoaks/rumor) dan
memerintahkan untuk mengembalikan urusan tersebut kepada ahlinya
(Rasul dan Ulil Amri).
🧐
Analisis
I'rāb (Gramatikal)
I.
Bagian Pertama: Menyebarkan Rumor Tanpa Tabayyun
وَإِذَا
جَاءَهُمْ أَمْرٌ مِّنَ الْأَمْنِ أَوِ
الْخَوْفِ أَذَاعُوا بِهِ
Kata
|
I'rāb
(Kedudukan Gramatikal)
|
Keterangan/Status
|
وَ
(Wa)
|
Wāw
Isti'nāfiyyah
|
Permulaan
kalimat baru.
|
إِذَا
(Iżā)
|
Ẓarf
Zamān (Ket. Waktu)
|
Mengandung
makna syarat. Muḍāf.
|
جَاءَهُمْ
(Jā'ahum)
|
Fi'l
Māḍī + Maf'ūl bih
|
Jā'a:
Fi'l Māḍī. Hum: Objek (Maf'ūl bih).
Kalimat ini berada pada posisi Jarr sebagai Muḍāf
Ilaih dari Iżā.
|
أَمْرٌ
(Amrun)
|
Fā'il (Subjek)
|
Marfū' dengan
ḍammah. Pelaku dari Jā'a. Artinya: "suatu
urusan/berita."
|
مِّنَ
الْأَمْنِ (Min
al-Amni)
|
Jārr
wa Majrūr
|
Berposisi
sebagai Ṣifah (sifat) dari Amrun.
Artinya: "berita (yang berkaitan) dengan keamanan."
|
أَوِ
(Aw)
|
Ḥarf
'Aṭf
|
Huruf
penghubung yang bermakna pilihan/variasi.
|
الْخَوْفِ
(Al-Khaufi)
|
Ma'ṭūf
|
Majrūr mengikuti Al-Amni.
|
أَذَاعُوا
(Ażā'ū)
|
Fi'l
Māḍī
|
Mabni
'ala ḍammu (karena bersambung dengan Wāw
Jamā'ah). Wāw adalah Fā'il.
Kalimat ini adalah Jawāb Syarṭ dari Iżā.
Artinya: "mereka menyiarkannya."
|
بِهِ
(Bihi)
|
Jārr
wa Majrūr
|
Terkait
dengan Ażā'ū. Huruf Ba di sini
berfungsi Ta'diyah (membuat kata kerja
transitif).
|
II.
Bagian Kedua: Solusi (Merujuk pada Ahlinya)
وَلَوْ
رَدُّوهُ إِلَى الرَّسُولِ وَإِلَىٰ
أُولِي الْأَمْرِ مِنْهُمْ
Kata
|
I'rāb
(Kedudukan Gramatikal)
|
Keterangan/Status
|
وَلَوْ
(Wa
Law)
|
Wāw
'Aṭifah + Ḥarf Syarṭ
|
Law:
Huruf syarat Imtinā' li Imtinā' (pengandaian).
"Dan seandainya..."
|
رَدُّوهُ
(Raddūhu)
|
Fi'l
Māḍī + Fā'il + Maf'ūl
|
Raddū:
Fi'l Māḍī. Wāw: Fā'il (mereka). Hu:
Maf'ūl (nya/berita itu).
|
إِلَى
الرَّسُولِ (Ilā
Ar-Rasūli)
|
Jārr
wa Majrūr
|
Terkait
dengan Raddū.
|
وَإِلَىٰ
(Wa
Ilā)
|
'Aṭaf
|
Menghubungkan
ke tujuan rujukan kedua.
|
أُولِي
(Ulī)
|
Ism
Majrūr
|
Majrūr dengan
tanda Yā' karena ia adalah Mulḥaq
bi Jam'il Mużakkar as-Sālim (Disamakan dengan jamak
mudzakkar salim). Kata ini selalu menjadi Muḍāf.
|
الْأَمْرِ
(Al-Amri)
|
Muḍāf
Ilaih
|
Majrūr dengan
kasrah.
|
مِنْهُمْ
(Minhum)
|
Jārr
wa Majrūr
|
Ḥāl (keterangan
keadaan) dari Ulī al-Amri.
|
III.
Bagian Ketiga: Hasil dari Rujukan (Istinbath)
لَعَلِمَهُ
الَّذِينَ يَسْتَنبِطُونَهُ مِنْهُمْ
Kata
|
I'rāb
(Kedudukan Gramatikal)
|
Keterangan/Status
|
لَـ
(La)
|
Lām
Wāqi'ah fī Jawāb Law
|
Huruf
Lām pengikat jawaban syarat Law.
|
عَلِمَهُ
('Alimahu)
|
Fi'l
Māḍī + Maf'ūl bih
|
Hu (nya)
kembali kepada hakikat berita tersebut.
|
الَّذِينَ
(Allażīna)
|
Ism
Mawṣūl
|
Berposisi
sebagai Fā'il (Subjek) dari 'Alima.
Artinya: "orang-orang yang..."
|
يَسْتَنبِطُونَهُ
(Yastanbiṭūnahu)
|
Fi'l
Muḍāri'
|
Marfū' dengan
tetapnya Nūn. Wāw adalah Fā'il. Hu adalah
Maf'ūl bih. Kalimat ini adalah Ṣilah al-Mawṣūl.
|
IV.
Bagian Keempat: Karunia Allah Menjaga dari Setan
وَلَوْلَا
فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ
لَاتَّبَعْتُمُ الشَّيْطَانَ إِلَّا
قَلِيلًا
Kata
|
I'rāb
(Kedudukan Gramatikal)
|
Keterangan/Status
|
وَلَوْلَا
(Wa
Lawlā)
|
Ḥarf
Imtinā' li Wujūd
|
Huruf
syarat yang bermakna: "Sesuatu tidak terjadi karena adanya
sesuatu yang lain." (Kalau bukan karena...).
|
فَضْلُ
(Faḍlu)
|
Mubtada' (Subjek)
|
Marfū'. Khabar-nya
Wajib Dibuang (Maḥzūf Wujūban).
Takdirnya: Faḍlullāhi [Mawjūdun] (Kalau
bukan karena karunia Allah [itu ada]...).
|
اللَّهِ
(Allāhi)
|
Muḍāf
Ilaih
|
Majrūr.
|
عَلَيْكُمْ
('Alaikum)
|
Jārr
wa Majrūr
|
Terkait
dengan Faḍlu.
|
وَرَحْمَتُهُ
(Wa
Raḥmatuhu)
|
Ma'ṭūf
|
Disambungkan
ke Faḍlu.
|
لَـ
(La)
|
Lām
Jawāb Lawlā
|
Pengikat
jawaban Lawlā.
|
اتَّبَعْتُمُ
(Attaba'tumu)
|
Fi'l
Māḍī + Fā'il
|
Tum adalah
Fā'il (kalian).
|
الشَّيْطَانَ
(Asy-Syaiṭāna)
|
Maf'ūl
bih (Objek)
|
Manṣūb.
|
إِلَّا
(Illā)
|
Ḥarf
Istiṡnā'
|
Huruf
pengecualian.
|
قَلِيلًا
(Qalīlan)
|
Mustaṡnā
|
Manṣūb.
Artinya: "kecuali sedikit (dari kalian)."
|
🔑
Poin
Utama I'rāb Ayat
Kata
Kunci: "Yastanbiṭūna" (يَسْتَنبِطُونَ): Secara
morfologi, kata ini berasal dari Nabaṭa (air
yang memancar pertama kali saat sumur digali). Istinbāṭ dalam
istilah fiqih/ilmu berarti menggali
makna yang dalam/tersembunyi<