Ayat ini merupakan kelanjutan dari kecaman terhadap Ahli Kitab
(orang-orang yang menyucikan diri sendiri di ayat 49) dan
mengekspresikan kekaguman atas kebohongan yang mereka buat terhadap
Allah.
I. Bagian Pertama:
Perintah untuk Memperhatikan Kebohongan Mereka
Kata
|
I'rāb (Kedudukan
Gramatikal)
|
Keterangan/Status
|
انظُرْ
(Unẓur)
|
Fi'l Amr (Kata
Kerja Perintah)
|
Mabnī 'alā sukūn.
Fā'il-nya ḍamīr mustatir wajib (anta -
kamu/Nabi Muhammad).
|
كَيْفَ
(Kayfa)
|
Ism Istifhām
(Kata Tanya)
|
Ḥāl (Keadaan)
pada posisi naṣb. Menjelaskan keadaan Yaftarūna.
Artinya: "Bagaimana caranya."
|
يَفْتَرُونَ
(Yaftarūna)
|
Fi'l Muḍāri'
(Kata Kerja Sekarang/Akan Datang)
|
Marfū' dengan
tsubūt an-nūn. Wāw al-Jamā'ah adalah Fā'il.
Kalimat ini (bersama Kayfa) adalah Maf'ūl bih
yang dikandung oleh Unẓur.
|
عَلَى
اللَّهِ ('Alā Allāhī)
|
Jārr wa Majrūr
|
Muta'alliq
(terkait) dengan Yaftarūna.
|
الْكَذِبَ
(Al-kaḏiba)
|
Maf'ūl bih
(Objek)
|
Manṣūb
(berharakat fatḥah). Artinya: "kebohongan."
|