Al-Quran Online ini, ajakan untuk mendalami AlQuran sambil mencari ridho dan cinta Allah semata
Daftar Akar Kata Pada AlQuran
Dipersembahkan oleh para sukarelawan yang hanya mencari kecintaan Allah semata

An-Nisa

dengan nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang

ayat 29

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.

Irab Surat AnNisa ayat 29

Ayat ini adalah salah satu landasan hukum Islam mengenai harta dan kehidupan, yaitu larangan mengambil harta orang lain dengan cara yang batil (tidak sah) dan larangan bunuh diri.

I. Bagian Pertama: Larangan Harta Batil dan Pengecualian

Kata

I'rāb (Kedudukan Gramatikal)

Keterangan/Status

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا (Yā ayyuhā...)

Nidā' (Panggilan)

Panggilan kepada orang-orang beriman.

لَا تَأْكُلُوا (Lā ta'kulū)

Lā Nāhiyah dan Fi'l Muḍāri' Majzūm

Majzūm dengan ḥaḍfu an-nūn (hilangnya nūn). Wāw al-Jamā'ah adalah Fā'il (Subjek).

أَمْوَالَكُم (Amwālakum)

Maf'ūl bih (Objek)

Manṣūb (berharakat fatḥah).

بَيْنَكُمْ (Baynakum)

Ẓarf Makān (Keterangan Tempat)

Manṣūb. Terkait dengan Ta'kulū.

بِالْبَاطِلِ (Bil-bāṭili)

Jārr wa Majrūr

Ḥāl (Keadaan) atau Muta'alliq dengan Ta'kulū. Artinya: "dengan cara yang batil/tidak benar".

إِلَّا أَن تَكُونَ (Illā an takūna)

Illā (Istithnā' - Pengecualian) dan An Nāṣibah + Kāna Nāqiṣah Manṣūbah

Takūna adalah Manṣūb dengan fatḥah.

تِجَارَةً (Tijāratan)

Khabar Kāna (Predikat Kāna)

Manṣūb (berharakat fatḥah). Ism Kāna adalah ḍamīr mustatir (tersembunyi) yang kembali ke Maṣdar Mu'awwal dari Ta'kulū.

عَن تَرَاضٍ ('An tarāḍin)

Jārr wa Majrūr

Na'at (Sifat) untuk تِجَارَةً pada posisi naṣb (secara makna). Tanda jarr-nya adalah kasrah muqaddarah di atas yā' yang dihilangkan (Tanwīn al-'Iwaḍ).

مِّنكُمْ (Minkum)

Jārr wa Majrūr

Muta'alliq dengan Tarāḍin.

Maṣdar Mu'awwal أَن تَكُونَ...

Mustaṡnā (yang dikecualikan) pada posisi naṣb. Artinya: "kecuali adanya perdagangan..."




II. Bagian Kedua: Larangan Bunuh Diri dan Penutup

Kata

I'rāb (Kedudukan Gramatikal)

Keterangan/Status

وَلَا تَقْتُلُوا (Wa lā taqtulū)

Wāw ('Aṭf) dan Lā Nāhiyah + Fi'l Muḍāri' Majzūm

Majzūm dengan ḥaḍfu an-nūn. Wāw al-Jamā'ah adalah Fā'il.

أَنفُسَكُمْ (Anfusakum)

Maf'ūl bih (Objek)

Manṣūb (berharakat fatḥah).

إِنَّ اللَّهَ (Inna Allāha)

Inna (Harf Taukid) dan Ism Inna

Manṣūb.

كَانَ (Kāna)

Fi'l Māḍī Nāqiṣah

Ism Kāna adalah ḍamīr mustatir yang kembali ke Allah.

بِكُمْ (Bikum)

Jārr wa Majrūr

Muta'alliq dengan رَحِيمًا (terkait dengan sifat kasih sayang).

رَحِيمًا (Raḥīman)

Khabar Kāna (Predikat Kāna)

Manṣūb (berharakat fatḥah).

Jumlah كَانَ بِكُمْ رَحِيمًا

Khabar Inna (Predikat Inna)

Pada posisi raf'.


🔑 Poin Utama I'rāb Ayat

  1. Larangan Umum dan Pengecualian Khusus: Larangan لَا تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُم بِالْبَاطِلِ (jangan kalian memakan harta kalian dengan cara yang batil) adalah hukum umum. Hukum ini kemudian dikecualikan oleh إِلَّا أَن تَكُونَ تِجَارَةً عَن تَرَاضٍ مِّنكُمْ (kecuali berupa perdagangan atas dasar kerelaan).

    • تَأْكُلُوا di sini bermakna "mengambil" atau "menggunakan".

  2. Mustaṡnā dalam Bentuk Maṣdar Mu'awwal: Pengecualian (إِلَّا) diikuti oleh Maṣdar Mu'awwal (أَن تَكُونَ...). Ini berfungsi sebagai Mustaṡnā (yang dikecualikan) yang Manṣūb. Ini menegaskan bahwa segala bentuk perpindahan kepemilikan harta harus melalui transaksi yang sah (tijārah) dan didasari kerelaan ('an tarāḍin).

  3. Tarāḍin dengan Tanwīn al-'Iwaḍ: Kata تَرَاضٍ (kerelaan/saling suka) aslinya adalah At-Tarāḍiyu. Hilangnya huruf yā' (ي) dan digantikan oleh Tanwīn (ـٍ) menunjukkan bahwa ia adalah Ism Manqūṣ yang berada dalam posisi Majrūr (sebagai Muḍāf Ilaih untuk 'An). Tanwīn di sini disebut Tanwīn al-'Iwaḍ (tanwin pengganti).

  4. Alasan Larangan (Inna Allāha Kāna Bikum Raḥīman): Ayat ditutup dengan alasan teologis yang kuat (إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيمًا - Sesungguhnya Allah Maha Penyayang kepada kalian). Rahmat-Nya adalah alasan mengapa Dia melarang perbuatan-perbuatan yang dapat merusak kehidupan sosial dan pribadi (mengambil harta batil dan bunuh diri). بِكُمْ (kepada kalian) terkait erat dengan sifat رَحِيمًا (Maha Penyayang).